Kamis, 28 Mei 2009

Beringin Kembar itu Takluk

Di jantung kota Jogjakarta, tepatnya dalam kompleks keraton kesultanan ada sebuah tempat yang bernama Alun-alun Kidul atau alun-alun selatan. Tampak layaknya alun-alun atau lapangan, mungkin dipakai sebagai tempat mengumpulkan bala tentara kerajaan sebelum berangkat perang, atau hanya sekedar upacara. Yang membuatnya tampak unik adalah dua batang pohon beringin besar yang berdampingan di pusat alun-alun itu. Buat orang yang sering berwisata ke Jogja tentu dua beringin kembar ini sudah tidak lagi terdengar asing. Memang tempat ini adalah salah satu objek pariwisata utama di Jogja. Jadi tak perlu banyak cerita untuk mendeskripsikan dua batang pohon renta nan tegar itu. Pun tak perlu banyak omong tentang mengapa beringin kembar itu jadi tujuan wisata banyak orang. Mitos mengatakan bahwa siapa saja yang bisa berjalan tepat melintasi ruang antara dua pohon tersebut dengan mata tertutup, akan mendapatkan banyak berkah. Percaya tidak percaya terserah.

Bukan mitos ini yang jadi titik fokus. Tetapi bahwa ternyata amatlah sulit untuk berjalan dengan mata tertutup melintasi tengah-tengah beringin kembar itu. Walaupun jarak yang membentang antara kedua pohon itu cukup besar, paling tidak 10 meter, nyatanya banyak orang yang tak berhasil melakukan hajatnya, melintas dengan mata tertutup. Ada yang berhenti sebelum waktunya, ada yang berjalan melenceng jauh dari tujuan, bahkan ada juga yang tak berani melakukan. Mungkin terlalu terpengaruh tahayul, takut kualat, kesambet dan sebagainya. Tetapi ada pula yang berhasil dengan sukses berjalan melintas. Baik setelah banyak kali mencoba, maupun mereka yang langsung sukses pada kali pertama.

Aku termasuk yang sering melakukannya. Dan tak pernah sekalipun berhasil. Berapa kali pun mencoba. Malah satu usahaku membawa hasil yang mengejutkan. Sungguh tak masuk logika. Dalam satu usahaku, yang pertama dan dengan keyakinan penuh untuk berhasil dan harus berhasil, aku melakukan belokan 90 derajat, tanpa terasa, dan kontan melenceng dari sasaran yang seharusnya tinggal beberapa langkah lagi. Temanku yang memandu (dibolehkan untuk memandu tapi dilarang memberikan arahan apalagi menuntun) dengan bersuara sehingga aku bisa mendengar (mengira-ngira) arah suaranya sampai heran. Semenjak berjalan dari titik awal aku sudah berjalan lurus, selurus benang basah yang menjuntai. Hingga pada satu titik (hanya sekitar 5 langkah dari sasaran)tiba tiba aku berhenti, merasa ragu, dan kemudian berjalan lagi hanya dengan arah yang berbeda. melenceng ke kiri 90 derajat, tegak lurus dengan arah yang seharusnya. Sehingga ketika akhirnya aku berhenti dan membuka penutup mata, pohon-pohon itu ada di samping kananku, bukan di depanku seperti yang seharusnya. Setelah itu seperti tak mau kalah, aku mencoba dan mencoba lagi. Tanpa hasil. Hingga akhirnya aku menyerah. Tak pernah ingin mencoba lagi.

Hingga akhirnya sampai beberapa waaktu kemudian, sekitar satu minggu yang lalu aku kembali ke tempat itu. Kali ini hanya sebagai pengantar, pacarku yang belum pernah berkunjung ke tempat itu. Dan ketika dia mencoba pertama kalinya, dengan panduan dariku yang sangat konstan, "Yak, terus...terus...terus..." (aku tak ingin dia menabrak orang lain atau terantuk), dia langsung berhasil. Senang rasanya ketika melihat seringainya setelah mengetahui dirinya langsung berhasil pada kali pertama. Sungguh senang dan akupun ikut tersenyum. Hanya sampai ketika dia memintaku untuk mencoba. Pacarku itu sudah mendengar cerita tentang pengalamanku dengan beringin kembar itu. Dia pun tahu aku sudah tak bernafsu mencoba lagi. Berapa kali pun aku meyakinkan dia bahwa aku takkan berhasil dia tak mau mendengar. Sedikit mengancam dia pun memaksaku untuk mencoba. Akhirnya dengan perasaan ingin menghindari konflik, aku menurut. Kali ini tanpa target, tanpa memikul beban harus berhasil, nothing to lose dan hanya ingin menyenangkan hati kekasihku, aku melangkah. Lurus dan melintasi ruang di antara dua pohon kembar itu.

Tak habis pikir, bahkan belum sepenuhnya memahami kalau aku telah berhasil aku menyambut kekasihku yang berlari dengan tangan terbuka. Di tengah-tengah dua pohon berinin kembar kami berpelukan. Aku berhasil!! Bahkan di saat aku tak punya keinginan untuk berhasil. Bahkan di saat aku tak memercayai diriku sendiri bahwa ada kemungkinan aku akan berhasil. Yang kurasakan waktu melangkah pertama kali sungguh campur aduk. Takut menabrak, tersandung dan rasa ingin menyerah. Namun ada satu motivasi yang mengalahkan semua perasaan itu sehingga aku mampu berjalan tanpa ragu. Keyakinan yang diberikan oleh kekasihku tercinta. Sedetik pun dia tak pernah meragukanku. Dan rasa percayaku kepadanya bahwa dia takkan membiarkanku menabrak atau tersandung dan jatuh.

Sebuah pelajaran berharga dibeberkan kepadaku waktu itu. Yaitu keyakinan. Betapa berharganya sebuah keyakinan baik yang kita berikan kepada orang lain maupun yang orang lain berikan kepada kita. Begitu kuatnya keyakinan itu, hingga di saat kita sudah menyerah, keberhasilan akan menghampiri. Aku sudah menyerah. Tapi keyakinan yang dirasakan oleh kekasihku bahwa aku bisa berhasil telah menggerakkanku. Pun keyakinan yang kurasakan akan dukungan dan bantuan sang kekasih telah membawaku meraih kemenangan. Kenapa kita harus ragu atas kemampuan kita sendiri bila orang lain saja bisa yakin kalau kita akan berhasil? Cinta, keyakinan dan kepercayaan bisa membuat orang buntung melompat, orang buta berlari, dan orang menyerah mencoba lagi. Memang ini cuma masalah sepele. Aku tidak memenangkan piala atau uang jutaan. Tetapi aku memenangkan cinta, keyakinan dan kepercayaan orang yang paling aku sayangi. Rasanya seperti aku telah menaklukkan seisi bumi. Hari itu sang beringin kembar yang keramat telah takluk. Aku bukan orang pertama yang menaklukkannya. Tapi hari itu aku keluar sebagai juara. Aku dan kekasihku tercinta.

buat /RS
terima kasih atas cinta, keyakinan dan kepercayaanmu

Tidak ada komentar: