Definisi musik jazz yang dijabarkan oleh gitaris Jubing Kristianto dalam buku yang ditulisnya, Gitarpedia Buku Pintar Gitaris (terbitan Gramedia,
Kamus besar bahasa Inggris Mirriam-Webster menuliskan: musik Amerika yang dikembangkan dari ragtime dan blues dan dikarakterisasi oleh ritme-ritme propulsive yang disinkopasi, permainan ensambel polifonik, berbagai tingkat improvisasi, dan seringkali menggunakan distorsi yang disengaja dari pitch dan timbre. Istilah jazz pertama kali dipakai kira-kira pada tahun 1917. Asal kata jazz sendiri tidak pernah benar-benar diketahui. Kemungkinan kata ini berasal dari bahasa prokem orang-orang keturunan Perancis di daerah
Memang, jazz identik dengan kaum elit. Sudah dari sono-nya musik ini selalu menjadi pilihan bagi para saudagar kaya, pesohor maupun kaum bangsawan yang slalu menghadiri pesta dengan tuxedo dan gaun-gaun mahal. Padahal cikal bakal musik jazz adalah musik yang awalnya dimainkan oleh kaum yang terbuang, budak-budak hitam dari Afrika. Entah kapan dan di mana kontradiksi ini telah lama menguap.
Di Indonesia sendiri musik jazz telah menempuh perjalanan yang tidak pendek. Pada awalnya musik ini dibawa oleh bangsa Eropa, pemerintahan kolonial Hindia Belanda di saat yang kurang lebih sama dengan booming-nya era jazz di Amerika Serikat. Selalu dimainkan di hotel-hotel mewah atau di rumah-rumah para pejabat kolonial, menyebabkan musik ini menemui kondisi yang sangat eksklusif. Tidak semua orang dapat menikmatinya. Hanya yang berkedudukan tinggi, berkoneksi dan tentu saja, berkuasa dan berduit. Bukan musiknya kaum papa dan pinggiran (baca: terjajah). Barangkali inilah salah satu sebab musik jazz tak pernah merakyat di Tanah Air. Mungkin sampai sekarang.
Jazz telah mendunia. Menjadi konsumsi global. Dalam perjalanannya, musik ini telah berkembang menjadi banyak sub-genre. Persinggungannya dengan banyak faktor, kondisi geografis, ragam budaya dan jenis musik lain, telah memperkaya musik ini. Pada awalnya jenis yang paling populer adalah swing, dimainkan oleh sebuah big-band yang didominasi alat musik tiup. Biasanya dipakai untuk mengiringi pesta dansa. Para pelopor genre ini adalah nama-nama legendaris seperti Benny Goodman, Count Basie, Tommy Dorsey, Duke Ellington dan Benny Miller. Kemudian muncullah nama-nama seperti Charlie Parker dan Dizzie Gillespie. Mereka menganggap
Kondisi geografis juga mulai memberikan warna tersendiri pada musik jazz. Pada tahun ’60-an, seorang saksofonis jazz Amerika Serikat bernama Stan Getz dan seorang komponis-pianis Brazil Antonio Carlos Jobim memperkenalkan sejenis musik latin ke negeri Paman Sam dan segera saja bossa nova mulai mendunia. Di Inggris pada tahun ’80-an lahirlah sentuhan Eropa yang mengambil bentuk British funk dan acid jazz yang diusung oleh nama-nama grup band seperti Level 42 dan Incognito. .Percampuran antar genre melahirkan jazz rock dan fusion. Musik jazz juga melahirkan banyak legenda. Mulai dari yang sudah almarhum seperti trumpetis Miles Davis yang memelopori cool jazz, Frank Sinatra, Ella Fitzgerald, Billie Holiday, yang gaek tapi masih aktif seperti Tony Bennet, Al Jarreau, pianis Dave Grusin, sampai yang muda-muda dan penuh energi seperti Harry Connick.Jr, Jamie Cullum, Michael Buble dan Norah Jones.
Kini musisi-musisi jazz handal sudah tidak lagi dimonopoli oleh nama-nama beken dari negeri Paman Sam. Negara-negara Eropa, Amerika Selatan bahkan
Festival-festival musik jazz juga banyak diadakan. Beberapa yang melegenda adalah North Sea Jazz Festival di Belanda, Toronto Jazz Festival di Kanada, dan New Orleans Jazz & Heritage Festival di Amerika Serikat, tanah kelahiran musik ini. Festival-festival tahunan bertaraf internasional semacam ini selalu menjadi tolok ukur perkembangan musik jazz dunia.
Bagaimana dengan perkembangan musik jazz di Tanah Air? Pada awal tahun ’90-an lahirlah festival Jak Jazz yang dimotori oleh legenda jazz
Pada era ’80-an khazanah musik
Dunia jazz Indonesia hanya meninggalkan tempat bagi nama-nama lama seperti almarhum Jack Lesmana, almarhum Bill Saragih dan almarhum Nick Mamahit, Kiboud Maulana, Buby Chen atau Mus Mujiono. Hampir tidak ada ruang bagi regenerasi. Walaupun kini telah banyak bermunculan nama-nama baru dan segar seperti Malik and d’Essentials, Ecoutez dan Parkdrive tetap saja mereka memilih jalur aman. Walaupun kerap tampil dalam festival-festival jazz lokal, mereka mengaku membawakan lagu-lagu pop yang jazzy dan tetap emoh dibilang memainkan musik jazz. Untungnya masih ada segelintir orang muda yang setia dan peduli pada musik jazz yang mainstream. Mereka berkumpul, memainkan dan menikmati musik jazz, walaupun hanya untuk kalangan terbatas. Contohnya adalah apa yang dilakukan para orang muda yang membentuk suatu komunitas yang diberi nama Komunitas Jazz Kemayoran. Tetapi, komunitas ini tetap saja tampil secara terbatas, baik bagi anggotanya maupun peminatnya. Tidak mampu menjangkau masyarakat luas. Begitu pun, sebenarnya banyak talenta-talenta muda yang menggemari jazz. Hanya saja media bagi mereka untuk tampil dirasa masih sangat kurang. Mereka kebanyakan unjuk gigi dalam lomba-lomba bagi grup musik yang biasanya diselenggarakan oleh sekolah-sekolah musik yang disokong oleh produk alat musik terkenal. Tetapi, pembinaan selanjutnya seperti berjalan di tempat. Seperti tak ada pihak yang mau memberikan perhatian lebih kepada mereka, apalagi mengajak mereka masuk dapur rekaman. Sekali lagi, sulit menjual musik jazz.
Musik jazz, seperti semua karya seni lain, memang dinamis. Dalam perjalanan usianya yang panjang, semakin berkembang dan menghadirkan banyak warna.
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar